Di jajaran TNI AL akan hadir Kapal Perang Korvet Klas Sigma, Kapal Selam Diesel Elektrik,
Kapal Cepat Rudal (KCR), Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR), Kapal Multi
Peran Fregat, Kapal Layar Latih, Pesawat Patroli Maritim, Helikopter Anti Kapal Selam, Tank dan Panser Amphibi, serta Roket Multi Laras Taktis.
Rakyat
Indonesia juga akan segera menyaksikan di angkasa Indonesia sejumlah
alut sista baru TNI AU, seperti pesawat angkut sedang CN 295, pesawat
latih, Helikopter Full Combat SAR, sejumlah pesawat Angkut Hercules C130
H, pesawat tempur Super Tucano, Sukhoi-27 MK-2, Pesawat Tempur T50, serta 24 unit pesawat tempur F-16.
Dalam rentang waktu enam
puluh tujuh tahun ini, TNI yang lahir dari rahim rakyat, berjuang
bersama rakyat, dan berdharma bakti untuk kepentingan rakyat, telah
mejalankan tugas pokoknya sesuai dengan amanat konstitusi. Konstitusi
mengamanatkan bahwa pemerintah negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Negara memberi tugas kepada jajaran TNI untuk mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan
Negara. Demikian dikatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam
Upacara Peringatan HUT Ke-67 Tentara Nasional Indonesia di Halim
Perdanakusuma,Jakarta (5/10)
Indonesia tidak boleh menjadi bangsa yang terlalu mudah dan gemar untuk melancarkan peperangan. Dulu kita memiliki semboyan, Indonesia cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan. “Kini dan ke depan, kita kembali menegaskan bahwa bangsa Indonesia cita damai, tetapi NKRI harga mati,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Pemerintah menyadari bahwa banyak alutsita TNI yang perlu diganti dan di modernisasi. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan kemampuan negara yang semakin meningkat, anggaran di bidang pertahanan ditingkatkan, dengan prioritas mengganti alutsista dengan yang baru, dan sekaligus yang lebih modern.
Namun, modernisasi dan penambahan alutsista pertahanan ini tetap di lakukan sebagai bagian dari pembangunan postur TNI, menuju tercapainya minimun essential force. Indonesia, sama sekali tidak ada niat kita untuk menggelorakan perlombaan persenjataan (arm race) di kawasan. Tidak pula ada niat untuk menjadi sebuah bangsa yang agresif secara militer.
Indonesia
melakukan modernisasi alutsista semata-mata untuk menjaga dan
mempertahankan kedaulatan negara serta integritas wilayah.Pemerintah menyiapkan anggaran melalui sistem tahun jamak (multi years), sesuai permintaan dan kebutuhan masing-masing angkatan, dengan perencanaan, pentahapan dan jadwal waktu yang jelas.Kepada Kementerian Pertahanan dan TNI, Presiden berpesan, lakukan koordinasi dan kerja sama yang erat dengan DPR RI, untuk menjamin bahwa rencana strategis ini dapat terealisasi dengan baik dan tepat pada waktunya.
Pemerintah
ingin setiap alutsista yang dibeli, bermanfaat bagi pengembangan postur
pertahanan negara kita saat ini dan 25 tahun ke depan. Pada saat yang sama, pemerintah juga terus melakukan pengadaan alutsista dari dalam negeri. Pe-ngembangan industri pertahanan dalam negeri juga terus dilakukan, untuk memperkuat kemandirian alutsista.Di samping itu, untuk kepentingan tertentu, Indonesia juga membangun kerjasama dengan industri pertahanan negara-negara sahabat, dengan skema yang saling menguntungkan.
Semua
menyadari bahwa salah satu kepentingan nasional kita adalah terjaganya
kedaulatan Negara, keutuhan NKRI, dan keselamatan bangsa. Untuk membela
ketiganya sebagai garda terdepan, diperlukan TNI yang kuat, tangguh, dan
profesional.
Presiden meminta, seluruh prajurit TNI memiliki disiplin dan kemampuan tempur yang tinggi, serta memiliki kecakapan yang diperlukan untuk meng-awaki alutista. “Teruslah berlatih agar setiap saat kalian senantiasa siap mengemban tugas Negara, serta menjadi benteng dan andalan utama bangsa dalam memperjuangkan kepentingan nasional kita,”ujarnya.
Dalam dua tahun ke depan, pemerintah berencana untuk melakukan pembangunan perumahan prajurit dalam skala besar. “Dalam pelaksanaannya, saya minta Menteri Pertahanan, Panglima TNI dan para Kepala Staf Angkatan dapat bersinergi dan bekerja sama untuk mewujudkannya,” kata Presiden. Pembangunan perumahan itu diharapkan dapat melibatkan Satuan Zeni TNI dalam pembangunan perumahan prajurit , agar lebih cepat dan lebih efesien dengan tetap menjaga kualitas bangunan.
Dalam
HUT TNI Ke-67 itu, Presiden menyampaikan bahwa dirinya telah
menandatangani dua Undang-Undang penting.Pertama, UU tentang Veteran, yang didedikasikan sebagai penghargaan, penghormatan, dan kecintaan negara kepada para Veteran RI, yang telah berjuang membela dan mempertahankan kedaulatan NKRI. Dan kedua, UU tentang Industri Pertahanan, dimaksudkan untuk memberikan landasan hukum dan upaya percepatan terwujudnya industri perta-hanan nasional yang makin maju.”Saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan jajaran pemerintah terkait, utamanya Kementerian Pertahanan, yang telah berhasil menyelesaikan kedua undang-undang itu,” ujar Presiden.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, mengatakan, dalam buku biru (blue book)
Indonesia memiliki cita-cita pembangunan MEF selesai pada 2024. Dimana
dalam lima tahun ini (2010-2014) itu akan mencapai 30 persen dari
target. Tapi, mungkin pada 2014 itu akan lebih cepat pencapaiannya.
Contohnya, pesawat jet tempur F-16 yang ada saat ini akan ditingkatkan
jumlahnya menjadi dua kali lipat. Bahkan Sekjen Kemhan yang baru pulang
dari Amerika Serikat, membawa kabar, bahwa AS akan menambahkan lagi F-16
nya untuk Indonesia. “Jadi kekuatan F-16 kita itu nanti bisa tiga
sampai empat kali lipat dari yang ada sekarang ini,” ungkapnya.
Artinya
apa? Artinya program pembangunan kekuatan yang impiannya itu 30 persen
dicapai pada 2014, itu akan lebih cepat lagi nanti dan kekuatan
Indonesia akan luar biasa kelak. “Saya ingat waktu di Cilangkap Pak
Presiden ditanya. Apakah mungkin Indonesia akan jadi macan asia lagi?
Saya pastikan bisa. Apalagi kita bisa mempercepat ini semua,” kata
Menhan Purnomo.Anggaran alutsista tidak ada perubahan, karena anggaran
itu sudah ditetapkan dalam green book.
Pesawat Hercules, misalnya, pada masa mendatang, Indonesia akan
memiliki tiga kali lipat jumlahnya dari yang ada sekarang dan bisa
digunakan untuk Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
Untuk pengendalian dan pengawasan dalam pengadaan alutsista, sesuai petunjuk Presiden RI, dibentuklah High Level Committee
(HLC) yang diketuai oleh Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin
dan TKP3B yang dipimpin Irjen Kemhan dimana didalamnya ada Tim BPKP dan
LKPP serta Tim Itjen Angkatan dan Mabes TNI.
Proses
pengadaan berasal dari bawah yakni masing-masing matra angkatan (user)
dalam spesifikasi teknis, yang kemudian masuk dalam kebutuhan operasi
dari Mabes TNI, lalu masuk ke Kementerian Pertahanan. Kemudian Kemhan
memprosesnya melalui Tim Evaluasi Pengadaan (TEP) dibawah Sekjen Kemhan
Marsdya TNI Eris Herriyanto, dengan membuatkan kontrak dan perjanjian
pinjaman (Loan Agreement ) dari Kementerian Keuangan, untuk kemudian pencabutan tanda bintang di DPR.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar