Kumbakarna adalah salah satu tokoh yang muncul dalam wiracarita Ramayana. Ia merupakan adik kandung Rahwana,
raja raksasa dari Alengka. Wujud fisik Kumbakarna adalah raksasa yang
sangat tinggi dan berwajah mengerikan. Namun Kumbakarna memiliki sifat perwira,
jujur, berani karena benar dan sering menyadarkan perbuatan kakaknya
yang salah. Kelemahannya adalah Kumbakarna tidur selama enam bulan dan selama Kumbakarna
tidur, Kumbakarna tidak mampu mengerahkan seluruh kekuatannya.
Kumbakarna adalah putera dari Begawan
Wisrawa dengan Kekasi (Sukesi), puteri Prabu Sumali.Kumbakarna memiliki
tiga saudara kandung, yaitu Rahwana, Wibisana dan Surpanaka. Sedangkan saudara tirinya adalah Kubera, Kara, Dusana dan Kumbini.
Kumbakarna
memiliki istri bernama Dewi Aswani. Mereka memiliki dua orang putera
yang bernama Kumba dan Nikumba. Kumba tewas di tangan Sugriwa, sedangkan
Nikumba gugur di tangan Hanoman.
Semasa mudanya, Kumbakarna
bertapa bersama untuk memuja Dewa Brahma. Saat Dewa Brahma muncul untuk
memberikan anugerah kepadanya, Kumbakarna memohon agar Dewi Saraswati
masuk ke dalam mulutnya untuk membengkokan lidahnya. Oleh karena itu
saat ia memohon “Indraasan” (Indrasan berarti tahta Dewa Indra), ia
mengucapkan “Neendrasan” (Nindrsan berarti tidur abadi).
Karena merasa sayang kepada adiknya,
Rahwana meminta Brahma agar membatalkan anugerah tersebut. Namun Brahma
tidak berkenan membatalkan anugerahnya, tetapi ia meringankan anugerah
tersebut agar Kumbakarna tidur selama enam bulan dan bangun selama enam
bulan. Pada saat ia dalam masa tidur, ia tidak akan mengerahkan seluruh
kekuatannya.
Sebagai seorang adik yang sayang dan
peduli dengan kakaknya, Kumbakarna sering memberikan nasihat kepada
Rahwana, bahwa apa yang dilakukannya adalah keliru. Tetapi meskipun ia
tahu bahwa ia berada di pihak yang salah ia tetap setia kepada kakaknya,
lebih tepatnya ia setia akan tanah airnya yaitu Alengka. Saat Rahwana
kewalahan menghadapi Sri Rama,
maka ia menyuruh Kumbakarna menghadapinya. Dan demi membela tanah
tumpah darahnya, maka ia pun maju menghadapi Rama, ia berperang tanpa
rasa permusuhan, ia melakukan itu semua hanya menjalankan kewajiban.
Saat Alengka diserbu oleh pasukan Rama, Kumbakarna
saat itu sedang tertidur, maka Rahwana meminta pasukannya untuk
membangunkannya. Utusan Rahwana membangunkannya dengan menggiring gajah
agar menginjak-injak badannya, saat mata Kumbakarna terbuka, ia
dihadapkan hidangan makanan. Setelah selesai menyantap makanan yang
dihidangkan, Kumbakarna baru benar-benar terbangun dari tidurnya.
Setelah bangun, Kumbakarna menghadap Rahwana. Ia mencoba menasihati kakaknya tersebut, agar mengembalikan Sita
dan menjelaskan bahwa tindakan kakaknya itu salah. Rahwana sedih
mendegar nasihat adik yang sangat disayanginya itu, dan itu membuat
Kumbakarna tersentuh. Tanpa memiliki rasa permusuhan terhadap Rama,
Kumbakarna maju ke medan perang untuk menunaikan kewajibannya sebagai
pembela negara, bukan untuk membela tindakan kakaknya.
Dalam peperangan itu, Kumbakarna
banyak membunuh pasukan wanara dan juga berhasil melukai prajurit
pilihan seperti Anggada, Sugriwa, Hanoman
dan Nila (Anila). Rama dengan panah saktinya berhasil memutuskan kedua
tangan Kumbakarna. Namun dengan kakinya, ia masih bisa menginjak-injak
pasukan wanara. Rama kemudian memotong kaki kumbakarna dengan panahnya.
Kumbakarna pun tak menyerah, meski tanpa tangan dan kaki, ia masih bisa
mengguling-gulingkan badannya dan melindas pasukan wanara.
Rama kagum melihat keperkasaan Kumbakarna,
namun ia tidak mau membuat Kumbakarna tersiksa terlalu lama. Ia
akhirnya melepaskan panahnya yang terakhir. Panah tersebut memisahkan
kepala Kumbakarna dari badannya, Kumbakarna gugur di pusat kota Alengka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar