Minggu, 20 Januari 2013

tifus

PENYAKIT tifus sering dihubungkan masyarakat awam dengan seseorang yang sering kelelahan seperti suka bergadang dan makan tidak teratur. Namun sebenarnya penyakit itu murni disebabkan bakteri yang menyerang usus halus. “Kalau penyebabnya virus, baru sering berhubungan dengan daya tahan tubuh. Tapi tifus karena bakteri yang masuk ke tubuh,” ujar dr Hengky Indradjaja.
Karena itu, kata Hengky, tifus lebih berhubungan dengan faktor kebersihan, baik makanan, peralatan yang digunakan untuk makan, memasak, tangan, dan lingkungan. “Paling sering masuk melalui makanan yang terinfeksi bakteri maupun tangan yang tidak bersih saat makan,” ujarnya.
Bakteri penyabab tifus adalah salmonella typhi. Kuman tifus tertelan lewat makanan atau minuman yang tercemar. Bisa jadi sumbernya dari pembawa kuman tanpa ia sendiri sakit tifus. Kuman bersarang di usus halus, lalu menggerogoti dinding usus. Usus luka, dan sewaktu-waktu tukak tifus bisa jebol, dan usus jadi bolong. ”Ini komplikasi tifus yang paling ditakuti. Komplikasi tifus umumnya muncul pada minggu kedua demam,” ujarnya.
Gejala dimulai ketika suhu mendadak turun dan disangka sakitnya sembuh. Namun denyut nadi meninggi, perut mulas melilit, dan pasien tampak sakit berat. “Kondisi begini membutuhkan pertolongan gawat darurat, sebab isi usus yang tumpah ke rongga perut harus secepatnya dibersihkan. Untuk tahu benar kena tifus, harus periksa darah. Setelah minggu pertama demam tanda positif tifus, baru muncul di darah,” ujarnya. 

Mengenai gejala awal, dr Hengky mengakui, sering mirip dengan penyakit lain, yakni suhu badan tinggi sementara penderita merasa dingin. Tidak ada nafsu makan,
sakit kepala, batuk, lemah, serta berat badan turun.
Haruskah dirawat inap? Menurut Hengky, jika kondisi pasien tidak berat, dan penyakitnya masih awal, yaitu sudah didiagnosis sebelum demam lebih dari tiga minggu, umumnya masih bisa dirawat di rumah. Namun mesti diawasi jika mendadak suhu turun, nadi meninggi, dan perut mulas melilit. “Waspadai jika buang air ada darahnya, tanda awal usus jebol, dan demamnya muncul lagi, dan kondisi pasien cepat menurun setelah sebelumnya tampak menyembuh,” ujarnya.
Masa inkubasi rata-rata 7–14 hari. Manifestasi klinik pada anak umumnya bersifat lebih ringan dan lebih bervariasi. “Makanya pengobatannya pun butuh waktu sepuluh hari hingga dua minggu,” ujarnya.
Dalam hal ini, pengobatan yang dilakukan harus tuntas, sehingga tidak ada kuman yang terisisa. Jika tidak, kuman yang tersisa akan menyebabkan penyakit kambuh. Tandanya, demam yang sama muncul lagi setelah mereda. Apalagi jika kondisi daya tahan tubuh sedang menurun. Hal itu karena kuman tifusnya tersasar ke kandung empedu. Tifus biasanya lebih sukar disembuhkan. “Karena kuman ini masih ada, orang tersebut bisa menjadi pembawa kuman tifus,” ujarnya.(*)
 

1 komentar: