Di masa kini, Singapura merupakan sebuah kota kosmopolitan yang
ramai, penuh dengan bangunan pencakar langit dan taman-taman yang
tertata indah. Semarak dengan paduan budaya, citarasa, seni dan
arsitektur yang selaras, Singapura menjadi sebuah kota dinamis yang kaya
akan kontras dan warna. Singapura mewujudkan yang terbaik dari dunia
Timur dan Barat.
Walaupun
kecil ukurannya, Singapura memiliki eksistensi yang sangat besar di
dunia masa kini, dengan perekonomian perdagangan bebas dan tenaga
kerjanya yang sangat efisien. Selain itu, lokasinya yang strategis di
kawasan ini memungkinkannya menjadi sebuah pusat pelabuhan di sepanjang
rute utama pelayaran.
Saat
ini, populasi Singapura berkisar lima juta orang, dengan bahasa Inggris
sebagai bahasa pengantar utama, dan bahasa daerah sebagai bahasa ibu
dari masing-masing etnis utama. Salah satu ciri khas Singapura adalah
paduan budaya yang tampak menyatu.
Terdapat
empat ras utama di sini, yaitu kaum Cina (mayoritas), Melayu, India dan
Eurasia, yang bersatu sebagai satu masyarakat dan tinggal bersama
secara harmonis. Setiap komunitas menawarkan sudut pandang yang berbeda
tentang kehidupan di Singapura, dalam kaitannya dengan budaya, agama,
makanan dan bahasa.
Tempat-tempat
yang menjadi pilihan untuk berbelanja dan berpesta di Orchard Road dan
di kawasan Clarke Quay atau Boat Quay, keduanya menawarkan pilihan
hiburan malam yang bervariasi.
Sejarah Singapura
Sejarah
awal Singapura tidak dapat ditelusuri dengan pasti dari sumber manapun,
walaupun ada sebuah catatan sejarah dari bangsa Cina di abad ketiga
yang menyebutnya sebagai "Pu-luo-chung", atau "pulau di ujung
semenanjung ". Kemudian, kota ini disebut sebagai Temasek (Kota Laut),
ketika para penduduk pertama bermukim di sini di tahun 1298-1299.
Saat
abad ke 14, pulau kecil namun berlokasi strategis ini mendapatkan nama
baru. Menurut legenda, Sang Nila Utama, seorang Pangeran dari Palembang
(ibukota kerajaan Sriwijaya), sedang pergi berburu ketika ia melihat
seekor hewan yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Pangeran
kemudian menganggap hal ini sebagai sebuah pertanda bagus, ia lalu
mendirikan kota di tempat hewan itu terlihat, dan menamainya "Kota
Singa” atau Singapura, dari bahasa Sansekerta "simha" yang berarti Singa
dan "pura" yang berarti kota.
Pada
saat itu, Singapura kemudian diperintah oleh lima raja Singapura kuno.
Berlokasi di ujung Semenanjung Melayu dan merupakan titik pertemuan
alami rute perjalanan laut, kota ini kemudian berfungsi sebagai pos
perdagangan untuk berbagai kapal laut, mulai dari kapal jung Cina, kapal
dagang India, kapal dhow Arab sampai kapal perang Portugis dan perahu
layar Bugis.
Masa
penting lain dalam sejarah Singapura adalah saat abad ke 18, ketika
Singapura modern didirikan. Pada saat itu, Singapura sudah merupakan
sebuah pos perdagangan yang berpotensi besar di sepanjang Selat Malaka,
dan Inggris menyadari perlunya untuk memiliki pelabuhan di kawasan ini.
Selain
itu, para pedagang Inggris juga memerlukan sebuah tempat strategis
untuk mengisi perbekalan dan melindungi armada niaga kerajaannya yang
sedang berkembang pesat, serta untuk menahan gerak maju Belanda di
kawasan ini.
Letnan-Gubernur
Bencoolen (sekarang Bengkulu) pada waktu itu di Sumatera, Sir Thomas
Stamford Raffles mendarat di Singapura pada tanggal 29 Januari 1819,
setelah menyurvei pulau-pulau di sekitar. Menyadari besarnya potensi
pulau yang tertutup rawa ini, ia lalu membantu berunding dengan penguasa
lokal, dan akhirnya mendirikan Singapura sebagai sebuah pos
perdagangan. Tak lama, kebijakan perdagangan bebas di pulau ini menarik
para pedagang dari seluruh Asia dan dari negeri-negeri jauh seperti
Amerika dan Timur Tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar