Menjadi Penuntun.
Tujuan utama Hizbul Wathan (HW) adalah memperkokoh takwa, membentuk
akhlak dan watak yang berdsarkan iman kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Sehingga anggota HW memiliki rasa tanggungjawab terhadap keluarga,
bangsa, cinta lingkungan dan tanah air.
Cinta tanah air juga berarti menjaga dan melestarikan lingkungan
sekitar, termasuk kekayaan hutan dan laut beserta kandungan isinya
sebagai anugerah Allah subhanahu wa ta'ala untuk kelangsungan hidup
manusia di dunia. HW yang suka melakukan kemah di alam terbuka, di tepi
hutan dan kaki gunung, hendaklah semakin menyadari kebesaran Allah
subhanhu wa ta'ala dan mensyukuri kekayaan anugerah-Nya.
Kebangkitan kembali HW yang sudah tidak aktif selama 39 tahun
memerlukan pedoman dan panduan pendidikan baru agar mampu mendorong
pembangunan Bangsa di semua lini kehidupan menuju kesejahteraan
masyarakat dan Bangsa. Teknologi dan keterampilan perlu diajarkan kepada
anggota HW sehingga pendidikan HW bukan cuma pelajaran kepanduan
semata-mata. Jadi, pendidikan HW dikaitkan dengan perkembangan dan
kebutuhan masyarakat. HW diharapkan dapat menjadi pelopor bagi
lingkungan, baik akhlak maupun kreativitas. Demikianlah, HW dapat
bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.
HW yang akan datang laksana HW di masa silam idealismenya. Mereka
dahulu, ikut serta dalam semua kegiatan dan perjuangan bangsa, termasuk
perjuangan rakyat Indonesia membebaskan dirinya dari cengkeraman
penjajah asing. Mereka ikut berjuang dalam angkatan bersenjata,
pergerakan politik dan diplomasi. dari kandungan HW lahirlah tokoh-tokoh
Bangsa dalam berbagai bidang kehidupan.
Di masa depan HW hendaknya dapat membentuk manusia-manusia dan
pemimpin-pemimpin yang jujur, berakhlak mulia, ulat, cerdas dan selalu
peka terhadap perkembangan sosial disekitarnya. HW dapat menjadi
Penuntun dan pembimbing kaum dhuafa, agar lebih mampu mengatasi
kesulitan hidupnya.
Keterampilan dan teknologi Tepat Guna.
Kemajuan teknologi/teknologi tepat guna yang berkembang pesat dewasa
ini dan telah menguasai hampir seluruh bidang kehidupan kita, memang
harus menjadi perhatian utama pimpinan HW. Teknologi ini adayang berkait
erat dengan kegiatan dan kelengkapan pendidikan HW seperti dalam
berkemah, adalah salah satu contoh saja.
Anggota HW masa silam jika sedang berkemah memasak nasi atau air
menggunakan dapur yang amat sederhana dengan bahan bakar kayu. Namun,
dewasa ini sudah ada kompor minyak dan kompor gas. Sementara teknologi
tepat guna memberi alternatif membuat tungku dengan bahan bakar serbuk
gergaji atau sekam padi. cara terakhir ini untuk menghemat atau
mengindari pemakaian atau pengguna kayu.
Untuk tempat jemuran gelas dan cangkir dapat menggunakan cabang atau
ranting pohon. Sebaiknya batang kayu yang sudah mati. Jemuran piring
menggunakan belahan kayu dan tambang. Semua alat kelengkapan kemah ini
dapat dibuat sendiri oleh anggota HW, tampak rapi dan indah.
Demikian juga tanda jejak yang berupa tumpukan batu/kerikil atau
rumput. Bagi anggota HW yang bertempat tinggal di pedesaan tidaklah
sulit membuat tanda jejak dengan menggunakan jenis-jenis rumput atau
membuat tanda jejak dari kerikil/batu. Bahan-bahan tersebut tersedia
cukup banyak.
Mungkin di beberapa kota dapat diganti dengan menggunakan telepon
umum atau handphone. Menghadapi kemungkinan ini, anggota HW harus
diajarkan tata cara bertelepon yang santun. Namun sebenarnya, kepandaian
membuat jejak dari jenis rumput dan batu/kerikil mengandung makna
tersendiri. Jika seorang anggota HW tersesat di dalam hutan atau gunung
dan tidak memiliki Handphone, tanda-tanda jejak rumput dapat dibentuk
khas batu/kerikil diharapkan dapat memberi petunjuk keberadaan mereka.
Demikian juga halnya dengan kode morse dan kode semaphor, tetap menjadi pengetahuan yang amat berguna bagi anggota HW.
Permainan-permainan.
Disamping mengajarkan berbagai jenis keterampilan dan teknologi tepat
guna, dalam pendidikan HW tidak dapat dilepaskan dari permainan
sehingga setiap latihan HW tampak gembira dan segar. Permainan HW
berkait erat dengan pendidikan kepanduan. Inilah ciri khas kepanduan.
Pimpinan HW dapat menciptakan bermacam-macam permainan sesuai dengan
tingkat umur dan lingkungan anak. Anak-anak yang bertempat tinggal di
kota-kota, jenis permainannya akan berebda dengan anak-anak yang
bertempat tinggal di tepi pantai atau di pedesaan. Anak-anak nelayan
jenis permainannya berbeda dengan anak-anak petani.
Mungkin saja ada permainan-permainan tradisional, yaitu permainan
rakyat yangsudah sangat dikenal anak-anak, diajarkan kembali kepada
anggota-anggota HW. Mungkin juga dapat diadakan perubahan-perubahan
sesuai dengan perkembangan zaman.
Ada banyak jenis permainan seperti cinta kepada Allah, tanah air dan
sesame, mengenal tanah air, mencari anak hilang, persaudaraan, setia
kawan, membantu pengungsi dan lain-lain. Permainan-permainan ini dapat
membangkitkan semangat anak-anak untuk terus berlatih. Menyanyi nyanyian
daerah dan mungkin juga membaca puisi dan cerita pendek, dongeng-dongen
rakyat, dan cerita-cerita humor dapat menambah gairah anak-anak HW
berlatih.
Menyanyi, membaca puisi dan dongeng dapat membangkitkan daya khayal
dan dapat memperkaya batin anak-anak. Dalam dongeng-dongeng rakyat
tersimpan berbagai tata nilai yang pada umumnya mengandung pesan moral.
Mari, kita bina anak-anak didik dalam HW.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar